Lima kisah orang paling lama terapung di lautan
ilustrasi terapung di laut
IndoNewsVevo - Pernahkah Anda membayangkan hilang dan tersesat? Mungkin sebagian dari kita pasti pernah merasakan hal tersebut, namun bagaimana jika konteks tersebut di posisikan saat berada di tengah lautan dan samudera yang tidak bertepi?
Dalam kisah film Life of Pi, seorang remaja India bernama Pi berlayar dengan keluarga di tengah lautan. Malang, badai datang sehingga kapalnya tenggelam dan seluruh keluarganya hilang. Pi sendirian selamat dengan sekoci bersama beberapa hewan yang sempat jadi peliharaan keluarganya. Dalam waktu cukup lama dia terapung-apung di lautan dan harus bertahan hidup.
Seperti Life of Pi, berikut adalah lima kisah orang-orang yang dapat bertahan hidup cukup lama
terombang-ambing di tengah ganasnya lautan.
1. 6 Bulan pria ini terdampar di Samudera PasifikSeorang pria kurus terdampar bersama kapal rusaknya di sebuah atol Pasifik terpencil selama 16 bulan di laut Pasifik, sekitar 12.500 kilometer dari Meksiko.
Pria berambut panjang dan berjenggot, ditemukan ditemukan oleh dua penduduk setempat.
"Kondisinya tidak baik, tapi dia dalam keadaan sehat," ungkap Ola Fjeldstad, seorang mahasiswa antropologi Norwegia yang sedang melakukan penelitian di tempat tersebut, dikuti dari kantor berita AFP.
Pria tersebut hanya mengenakan sepasang celana compang-camping, dan mengaku meninggalkan Meksiko untuk berlayar El Salvador pada bulan September 2012 dengan seorang temannya yang meninggal di laut beberapa bulan yang lalu.
Fjeldstad menambahkan, ia hanya berbicara bahasa Spanyol, tapi ia mengatakan namanya adalah Jose Ivan.
Ivan menunjukkan kepada Fjeldstad bahwa ia selamat dengan cara memakan kura-kura, burung dan ikan dan minum darah penyu ketika tidak ada hujan, seperti yang dilansir discovery.com
2. Nelayan Mexico hilang selama satu tahun di tengah lautLucio Rendon, Salvador Ordonez dan Yesus Eduardo Vivand, bersama dengan dua sahabat lainnya terperangkap dalam sebuah perahu berukuran 25 kaki yang terbuat dari fiberglas, pada tiga hari perjalanan memancing hiu, pada 28 Oktober 2005 dari pelabuhan San Blas Nayarit, Meksiko.
Setelah umpan mereka dirasa ditangkap oleh target, mereka bersiap untuk menangkap Hiu tersebut di hari berikutnya. Namun sial nasib mereka, hiu tangkapan mereka lolos dari jebakan dan tanpa disadari mereka mereka terlalu jauh berlayar dengan kehabisan bahan bakar. Imbasnya mereka mendayung kembali perahu dengan bantuan angin , namun malah membawa mereka tersesat di lautan.
Awalnya mereka memiliki persediaan makanan untuk empat hari kedepan, tetapi kurang persediaan air minum. Pada hari ketiga, mereka menyerah dan meminum air laut. Pada hari keempat gerimis ringan mulai jatuh. Mereka mewadahi air dengan jerigen kosong bekas bahan bakar kapal yang memberi mereka 200 liter air tawar.
"Kami hanya makan dua kali pada bulan November. Kelaparan seperti ini tidak pernah terbayangkan, pertama kami memakan penyu yang muncul ke permukaan, lalu kami angkat dan memotongnya dan membagi rata, kami menjadikan darahnya sebagai air minum kami. Namun tidak semua dari kami kuat memakan penyu itu mentah-mentah, yang menyebabkan dua dari kami akhirnya meninggal karena kelaparan di akhir November, Lucio said
Mereka menggantungkan hidup mereka dengan menangkap para penyu-penyu yang muncul ke permukaan, mereka juga membuat umpan pancingan untuk menangkap ikan-ikan kecil. Akhirnya pada 9 Agustus 2006, setelah hilang lebih dari sembilan bulan, mereka ditemukan oleh nelayan Taiwan dengan keadaan sehat dengan kondisi fisik yang sangat kurus dan menobatkan mereka sebagai manusia terkuat yang bisa bertahan hidup di laut.
Mereka ditemukan sekitar 200 mil dari pantai utara Australia, dan telah melayang menempuh 5500 mil atau setara dengan 8860 kilometer dengan melintasi Samudera Pasifik. Di tanggal 25 pada bulan Agustus, mereka kembali di rumah, keluarga mereka percaya bahwa hidupnya mereka adalah sebuah keajaiban.
3. Hilang 117 hari di laut, berat dua orang ini turun 20 kilogramMarilyn dan Maurice kehilangan 20 kg berat badan akibat 117 hari hilang di lautan.Marilyn dan Maurice pelayar yang menggunakan perahu layar dari South Hampton selama beberapa bulan sebelum bencana melanda. Mereka berangkat pada bulan Juni dan berencana untuk berlayar dan berimigrasi ke Selandia Baru.
Pada Februari tahun berikutnya, mereka membuat perjalanan melalui Terusan Panama, namun nahas, kapal mereka disambar ikan paus ganas yang membuat lubang besar di sisi lambung, dan memutuskan menyelamatkan diri menggunakan rakit dengan beberapa kaleng makanan, kompor minyak kecil, peta, kompas, wadah air, pisau, mug plastik, paspor, dan beberapa kebutuhan lainnya.
Selama beberapa hari pertama, mereka makan kaleng makanan yang mereka diselamatkan, dan minum air hujan. Ketika makanan mereka habis, mereka makan penyu mentah, burung laut, ikan dan bahkan hiu.
Brulah pada 30 Juni 1973, penderitaan mereka berakhir, ketika sebuah kapal nelayan Korea, mereka masing-masing kehilangan lebih dari 20 kilogram berat badan dan kelumpuhan otot ringan, setelah hanyut lebih dari 2400 kilometer dan 117 hari, seperti dilansir oleh Listverse.com
4. Mirip Life of Pi, nelayan 3 bulan terapung di Pasifik tetap hidupMichael Bolong (54) dan Ambrose Wavut (28) akhirnya bisa pulang setelah tiga bulan terapung di Samudera Pasifik. Sebenarnya ada tiga kru, namun satu rekan lain bernama Francis Dimansol - mertua Ambrose - tewas tiga pekan lalu akibat badannya tak kuat berlayar berbulan-bulan di atas kapal kecil.
Mereka berlayar pada pertengahan Agustus 2014 lalu setelah memancing dari perairan Pulau Tanga, sekitar 1.600 kilometer ke selatan dari Samudera Pasifik. Badai membuat kapal mereka rusak dan terpaksa terapung.
Nelayan nahas itu beruntung ditemukan Organisasi Migrasi Internasional (IOM) akhir tahun lalu. Pemerintah Mikronesia menggambarkan kedua nelayan ini dalam kondisi baik ketika mereka dijemput menggunakan perahu tuna.
"Mereka hanya melalui pemeriksaan singkat sesudah sampai di darat, dan dinyatakan sehat," ujar salah satu anggota pemerintahan, seperti yang dilansir dari The Peninsula Qatar, Rabu (14/1).
Cara mereka bertahan hidup menyerupai plot novel Yann Martel yang berjudul 'Life of Pi'. Kisah itu sudah difilmkan dua tahun lalu, tentang perjuangan bocah asal India yang harus bertahan hidup di samudera selama tiga bulan bersama hewan di sebuah sekoci.
Sejak ditemukan hingga menjalani pemeriksaan kesehatan, dua nelayan tersebut tinggal di Kota Pohnpei. Sementara itu, pejabat pemerintahan Mikronesia membuat peraturan untuk memulangkan mereka.
Mereka dapat bertahan hidup dengan makan nasi dan tepung, namun persediaan mereka itu hanya cukup untuk dua pekan pertama. Selebihnya, mereka harus mencari makan sendiri dengan membuat tombak darurat dari pegangan pancing untuk berburu ikan atau hewan laut yang bisa dijadikan makanan.Bolong dan Wavut minum air hujan dan makan sebanyak-banyaknya ikan. Saat ditemukan, kulit mereka sangat hitam akibat terbakar matahari.
"Mereka sempat bertarung dengan hiu sepanjang 1,8 meter di dek, mereka juga hanya makan ikan, kura-kura, dan kelapa yang sesekali jatuh ke kapal mereka," ujar IOM melalui sebuah pernyataan tertulis.
"Bahkan kadang mereka tidak makan selama tiga hari. Mereka juga dua kali melewatkan perahu nelayan yang berusaha menolong sebanyak dua kali," tulis IOM di pernyataan itu.
Ditemui terpisah, Bolong sempat berpikir tidak ada orang yang mencarinya. Mereka sempat pasrah mati di laut. "Kapal kecil kami pernah dihantam badai dan pada saat itu kami pasrah pada segala kemungkinan," ujarnya mengenang masa-masa buruk tersebut.
Rekor bertahan hidup di samudera sampai sekarang dipegang oleh Jose Alvarenga. Nelayan asal Meksiko ini mengaku 13 bulan terapung di Samudera Pasifik, hingga akhirnya terdampar di Pulau Marshall dekat Hawai
5. 66 Hari terapung di laut, pria ini makan ikan dan minum air hujanTerakhir kali Frank Jordan berbicara dengan putranya, Louis, saat dia sedang berada di kapal berlayar beberapa kilometer dari pesisir South Carolina, Amerika Serikat.
Frank kemudian baru berbicara lagi dengan anaknya itu dua bulan kemudian ketika Louis berada di sebuah kapal kontainer berbendera Jerman sekitar 320 kilometer dari North Carolina.
"Saya pikir akan kehilanganmu," ujar Frank lega, seperti dilansir staisun televisi CNN, Jumat (3/4).
Louis Jordan, 37 tahun, berlayar dengan kapal sepanjang sepuluh meter pada akhir Januari lalu. Kabar darinya baru didapatkan setelah 66 hari kemudian ketika dia dilihat oleh kapal Houston Express Kamis sore di atas kapalnya yang sedang hanyut di Samudera Atlantik.
Dalam wawancara dengan CNN, Frank mengatakan dia khawatir dengan anaknya, karena tidak berpengalaman melaut. Namun dia masih berharap anaknya bisa selamat karena kapal yang dikemudikannya cukup bagus.
Jordan mengatakan kepada ayahnya, dia bisa bertahan karena makan ikan mentah dan minum air hujan.
Louis dilaporkan hilang pada 29 Januari, beberapa hari setelah dia hilang kontak dengan ayahnya ketika kapalnya rusak.